Foto: Leonika Sari
Jakarta - Dalam membangun sebuah startup, harus ada tiga jenis orang dengan karakter utama di dalamnya. Ketiganya akan menjadi pondasi kuat bagi tim startup tersebut.
"Hacker, hipster, hustler. Harus ada yang ngerti teknis, desain, sama ngejalanin bisnisnya," sebut Leonika Sari Njoto Boedioetomo, founder dan CEO Reblood.
Di acara Femaledev memperingati hari Kartini di Conclave, Jakarta Selatan pekan ini, Leonika berbagi mengenai pengalamannya membangun Reblood.
Hustler, hipster dan hacker di dunia startup menurutnya sebuah keharusan yang nantinya akan saling mengisi dan mendukung kinerja sebuah startup.
Hacker, seperti dijelaskan Leonika, adalah seorang developer yang punya keterampilan dasar membuat startup digital, yakni coding. Para jago coding ini tak bisa berjalan sendiri. Mereka perlu orang lain dengan elemen hispter dan hustler.
"Bisa bikin aplikasi secanggih apa pun, startupnya gak jalan kalau gak ada hipster dan hustler yang bantuin," sebut gadis 22 tahun ini.
Sementara hacker bekerja melakukan coding, hipster akan berperan dalam estetika. Di dalam startup, hipster dikenal sebagai desainer. Orang-orang ini punya cita rasa dalam membuat tampilan dan user experience di web atau aplikasi menjadi menarik.
Nah, bagaimana dengan peran hustler? Orang-orang ini punya semangat dalam menjual dan memperkenalkan produk startup-nya. Umumnya, para hustler senang berbicara dan berjejaring. Mereka juga memperhatikan apa yang dibutuhkan konsumen atau user.
Tak kalah penting, sifat tahan banting perlu dimiliki setiap anggota tim startup. Menurut Leonika, dalam perjalanannya, sebuah startup akan diwarnai cerita jatuh bangun.
"Ibarat bola kalau dilempar bukannya pecah, tapi memantul lebih tinggi. Intinya resilient atau tahan banting itu penting. Nekat juga perlu, tapi jangan nekat yang bodoh. Kala di depan jurang ya jangan dilewatin. Nekat in a good way," saran Leonika.
"Hacker, hipster, hustler. Harus ada yang ngerti teknis, desain, sama ngejalanin bisnisnya," sebut Leonika Sari Njoto Boedioetomo, founder dan CEO Reblood.
Di acara Femaledev memperingati hari Kartini di Conclave, Jakarta Selatan pekan ini, Leonika berbagi mengenai pengalamannya membangun Reblood.
Hustler, hipster dan hacker di dunia startup menurutnya sebuah keharusan yang nantinya akan saling mengisi dan mendukung kinerja sebuah startup.
Hacker, seperti dijelaskan Leonika, adalah seorang developer yang punya keterampilan dasar membuat startup digital, yakni coding. Para jago coding ini tak bisa berjalan sendiri. Mereka perlu orang lain dengan elemen hispter dan hustler.
"Bisa bikin aplikasi secanggih apa pun, startupnya gak jalan kalau gak ada hipster dan hustler yang bantuin," sebut gadis 22 tahun ini.
Sementara hacker bekerja melakukan coding, hipster akan berperan dalam estetika. Di dalam startup, hipster dikenal sebagai desainer. Orang-orang ini punya cita rasa dalam membuat tampilan dan user experience di web atau aplikasi menjadi menarik.
Nah, bagaimana dengan peran hustler? Orang-orang ini punya semangat dalam menjual dan memperkenalkan produk startup-nya. Umumnya, para hustler senang berbicara dan berjejaring. Mereka juga memperhatikan apa yang dibutuhkan konsumen atau user.
Tak kalah penting, sifat tahan banting perlu dimiliki setiap anggota tim startup. Menurut Leonika, dalam perjalanannya, sebuah startup akan diwarnai cerita jatuh bangun.
"Ibarat bola kalau dilempar bukannya pecah, tapi memantul lebih tinggi. Intinya resilient atau tahan banting itu penting. Nekat juga perlu, tapi jangan nekat yang bodoh. Kala di depan jurang ya jangan dilewatin. Nekat in a good way," saran Leonika.